Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Artikel. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Januari 2014

Tehnik "Two in One" sebagai cara memaksimalkan profit

Suatu fenomena yang umumnya pernah dialami oleh semua trader adalah berkurangnya optimisme dan bertambahnya pesimisme. Ini bisa terlihat dari tingkat profit yang dihasilkan ketika berada dalam entry posisi yang benar. Kebanyakan trader memulai dengan target profit yang cukup besar yang kemudian makin lama makin bertambah kecil. Mengapa? Ada banyak alasan, ada yang menghubungkan profit dengan faktor rezeki, ada juga yang karena bosan dengan harga yang bolak-balik sehingga menganggap pasar akan terus bolak-balik. Seharusnya makin lama seseorang mendalami forex, makin besar tingkat profit yang dihasilkan dari suatu posisi. Mengapa? Karena makin lama makin mengerti kondisi pasar sehingga mampu memutuskan mana posisi yang seharusnya bisa dipertahankan dan mana posisi yang seharusnya dilikuidasi. Jadi jika hal itu tidak terjadi, maka ada dua kemungkinan, pertama waktu yang lama untuk mendalami market tidak menambah pengalaman dan pengertian tentang pasar. Kedua, dan ini yang paling umum banyak terjadi, memahami dan mengerti tapi optimisme sudah tergerus oleh pesimisme, sehingga yang muncul adalah mentalitas ketakutan.
Kunci utama dari kesuksesan dalam dunia trading ini hanya satu "meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan". Tanpa usaha untuk memaksimalkan keuntungan yang terjadi hanyalah keadaan yang sia-sia, karena beberapa kali profit hilang lenyap ditelan sekali kerugian. Kata kata "let's the profit run" hanya menjadi semboyan yang sering didengar tapi sulit untuk diikuti. Lalu bagaimana solusinya?
Sebenarnya hal ini bukan suatu hal yang sulit. Ini adalah sesuatu yang sederhana dan dengan cara ini kita bisa melatih diri untuk memaksimalkan profit. Caranya adalah dengan tehnik "2 in 1", yaitu setiap entry posisi dianggap sebagai dua bahagian dan ketika mendapatkan profit hanya sebahagian yang dilikuidasi, dimana kemudian keuntungan itu digunakan sebagai modal untuk menempatkan STP diatas entry posisi. Jadi kalau seandainya pasar bergerak terus kearah profit anda masih mendapatkan sebahagian keuntungan, tapi kalau pasar kembali kearah entry posisi dan mengejar STP anda juga tidak rugi dan tidak untung. Tehnik ini sebenarnya hanya salah satu cara untuk memperbaiki "mentalitas profit" yang telah tergerus fluktuasi pasar.

Sabtu, 04 Januari 2014

Tipuan Pasar atau Market Bluff

Pernahkah mengalami pasar yang diperkirakan turun tetapi kemudian berbalik naik atau pasar yang diperkirakan naik kemudian berbalik turun? Hampir semua orang yang ada di pasar pasti pernah mengalami hal seperti itu. Mengapa?
Pergerakan harga bukanlah sesuatu yang linear atau sesuatu yang bergerak secara lurus dan mudah. Harga yang kelihatannya seperti mau turun belum tentu akan turun dengan cepat, harga yang kelihatannya akan naik belum tentu akan naik dengan cepat. Jika semua orang melihat harga akan naik dan menjadi pembeli, lalu siapa yang menjadi penjual?. Jika semua orang berniat menjadi penjual karena harga kelihatan turun, lalu siapa yang akan jadi pembelinya?.
Dengan cara kerja menggunakan sekeranjang mata uang dan kemampuan untuk melakukan perdagangan secara cross antara satu mata uang dengan mata uang lainnya, para pedagang besar mempengaruhi bagaimana pergerakan harga terjadi. Banyak cara yang bisa mereka lakukan. Untuk menjual mata uang dimana kelihatannya banyak penjual yang menunggu kesempatan untuk menjual sehingga sulit untuk turun karena tidak ada pembeli, mereka akan menjadi pembeli dan mendorong harga naik. Ketika harga naik dan mulai ada yang menjual mereka akan tetap menjadi pembeli dan mempengaruhi pasar seakan-akan harga akan naik sehingga pembeli mulai muncul. Pada satu titik mereka berbalik menjadi penjual dan menghantam siapapun yang membeli. Terkadang tidak semua rencana berjalan mulus ada juga yang gagal, karena pedagang besar itu tidak hanya satu, tapi banyak sekali dan pergerakan harga itu adalah sebuah peperangan antara satu rencana dengan rencana lainnya atau antara satu penjual dan pembeli lainnya. Cara lain yang paling sering digunakan adalah menyerang mata satu mata uang dengan mendorong crossrate mata uang itu, misalnya untuk membuat Yen naik tidak perlu harus membeli Dollar dan menjual Yen, mereka dapat membuat Yen terangkat dengan membeli mata uang lainnya dengan menjual Yen, apa yang terjadi pada akhirnya adalah mau tidak mau Yen terpaksa menjadi naik.
Tipuan-tipuan pasar ada yang berlangsung hanya sehari, tapi ada juga yang berlangsung lama tergantung dari apa yang mereka rencanakan. Dalam dua hari di awal tahun ini banyak sekali move yang diwarnai oleh tipuan-tipuan. Pada hari Kamis adalah Yen yang tidak bisa turun, akhirnya dipaksa turun karena crossratenya dihantam turun. Hari Jumat pasar di pengaruhi pada awalnya oleh penurunan Yen, tapi apa yang terjadi kemudian? Bukan penurunan Yen yang menjadi topik utamanya tapi menguatnya AUD dan NZD, tapi ini juga masih belum jelas apa yang ingin dimainkan mereka? Karena menguatnya kedua mata uang itu menghantam penurunan Euro dan Poundsterling yang jauh lebih banyak dari pada kenaikan yang terjadi pada mata uang itu. Cross rate antara AUD dan NZD terhadap GBP dan EUR pada hari Jumat itu turun lebih kurang hampir 300 poin. Apakah ini hanya hantaman sesaat atau rencana besar mendorong NZD keatas 1.0000 masih belum kelihatan jelas.
Pada tahun lalu salah satu pergerakan harga yang merupakan tipuan pasar yang besar adalah pergerakan Poundsterling diawal tahun. Sejak dari awal tahun Poundsterling dipaksa turun selama hampir kurang lebih 3 bulan hanya dengan mendorong crossrate EURGBP secara drastis. Ini bisa dilihat dari grafik dibawah ini,

EURGBP yang semula tidak terlalu menarik ditransaksikan tiba-tiba melejit hebat diawal tahun 2013, Poundsterling yang pada waktu itu juga closing dilevel yang tinggi akhirnya terpaksa turun dengan hebatnya. Padahal keadaan ini sama sekali tidak diikuti oleh penurunan GBPJPY ini bisa terlihat dari grafik berikut ini,
Sehingga terjadilah penurunan Poundsterling menjadi penurunan sesaat yang cukup lama. Kemungkinan besar ada yang kalah pada waktu Poundsterling naik sekarang ini, karena terpengaruh pada gerakan penurunan yang terjadi pada awal tahun lalu, sehingga setiap kenaikannya selalu terhadang oleh tekanan jual.
Bagi mereka yang mengenal pasar saham tipuan pasar atau bluff market mungkin sudah tidak asing lagi. Untuk menjual saham saham yang dimilikinya pada harga yang cukup tinggi, investor besar bisa saja memborong saham-saham kecil, sehingga saham-saham yang dimilikinya juga terangkat naik. Pada saat itulah mereka melepas semua saham yang dimilikinya dan membiarkan pembeli lain memilikinya pada harga yang tinggi. Atau bisa juga karena ada suatu berita dimana sebuah saham kelihatan berprospek bagus dan bagaimana caranya mereka untuk memiliki saham itu karena harga sekarang relatif tinggi? Short Sell pada saham saham lainnya, pengaruhi pasar untuk bergerak turun dan akhirnya ketika harga saham yang dituju juga turun mereka bersiap untuk jadi pembeli. Keadaan yang sama juga terjadi di pasar forex. Setiap pergerakan harga adalah peperangan antara penjual dan pembeli.
Satu hal yang sering ditafsirkan salah adalah bahwa kalau harga naik disebabkan oleh banyaknya pembeli dan kalau harga turun disebabkan oleh banyaknya penjual. Hal itu benar jika setelah kejadiannya terjadi, tapi kalau keadaannya baru akan terjadi belum tentu seperti itu. Banyaknya yang ingin menjual justru akan menyebabkan harga naik, banyaknya yang ingin membeli justru akan menyebabkan harga turun. Dan bukan hanya banyaknya penjual atau pembeli yang menentukan harga itu bergerak tapi juga volume yang besar bisa menyebabkan harga itu bergerak.
Apa manfaat yang dapat kita ambil dari semua ini adalah supaya kita tidak terjebak dalam tipuan-tipuan pasar dalam mengambil posisi. Selain itu supaya kita berpikir dalam jangkauan yang lebih luas "we are not market marker, we just only follower". Meskipun kita hanya penonton dipinggir lapangan bola, melihat pergerakan harga sama dengan melihat pergerakan bola. Sekali-sekali tidak ada salahnya melihat dari kacamata seorang kiper sehingga kita bisa tahu kemana arah bola bergerak. Kalau hanya melihat dari kursi penonton yang terlihat hanyalah golnya semata tanpa memahami bagaimana proses terjadinya.

Kamis, 26 Desember 2013

AVERAGE : DON'T DO THAT

Biasanya bila tidak mau menggunakan STP, kebanyakan trader akan menggunakan tehnik average. Average adalah suatu tehnik menambah posisi yang tujuannya untuk memperbaiki kerugian floating dengan harapan pasar akan bergerak kembali ke posisi semula. Contohnya, menjual JPY di 102.30 pasar bergerak naik kemudian menjual lagi di 104.30 atau menjual GBP di 1.6300 kemudian pasar bergerak naik dan menjual lagi di 1.6400.
Sebenarnya tindakan average bisa dan dapat dilakukan asalkan terjadi penambahan margin sebesar margin awal untuk sebuah posisi (baca kembali tentang margin). Jika hal itu tidak dilakukan, maka besar kemungkinan pasar yang akan menghabisi posisi karena kekurangan margin. Meskipun tindakan average tanpa penambahan margin kadang-kadang bisa berhasil, secara jangka panjang tindakan ini bisa menjadi bumerang yang membawa kedalam jurang. Jadi kalau tidak mau menggunakan STP dan juga tidak bisa melakukan average, lalu apa yang harus dilakukan? Biarkan saja, kalau posisi itu berada didalam area top konsolidasi atau bottom konsolidasi, tapi kalau konsolidasi terjadi di area rally, tidak ada jalan lain, harus melakukan "cut loss" pada harga terbaik (baca kembali tentang struktur trend).
Alasan lainnya mengapa average itu sebaiknya dihindari atau tidak dilakukan sama sekali adalah karena posisi yang di-average adalah posisi dimana kita sebenarnya meng-counter atau melawan arah pasar. Jadi kemungkinan untuk mendapatkan rata-rata antara posisi pertama dan posisi berikutnya agak sulit karena biasanya trend yang sedang berjalan jarang sekali terjadi penurunan hampir 50% dari titik awal bergerak pada saat pertama bergerak naik. Kedua adalah ketika mencari entry point untuk average belum tentu kita ada di bottom atau di puncak harga pasar. Sehingga akhirnya tujuan average yang berarti rata-rata itu tidak bisa tercapai.
Selain faktor tehnis diatas, faktor lain adalah psikologis trading. Sudah bisa dipastikan bahwa mereka yang melakukan average, tingkat penerimaan terhadap kerugian masih kurang dan ini akan berakibat pada sikap waktu melakukan likuidasi posisi. Belum tentu pada kondisi harga runing kembali kepada titik average, kesemua posisi akan dilikuidasi. Harapan untuk mendapatkan keuntungan biasanya membuat posisi tidak dilikuidasi dan akhirnya pasar bergerak menjauhi titik likuidasi. Ini adalah hal yang manusiawi, jangankan rugi seri saja kadang-kadang kita tidak mau.

Rabu, 25 Desember 2013

STP : I DON'T LIKE IT

Siapa juga yang suka rugi? Saya juga tidak, anda juga tidak, hampir semua orang tidak suka rugi. Tapi mau tidak mau, suka tidak suka, STP adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan untuk dilakukan dalam trading. Mengapa? Kalau kerugian awal itu bisa mendatangkan keadaan yang lebih menguntungkan mengapa harus menolak untuk melakukannya.
Saya dulu juga tidak suka memasang STP ketika melakukan transaksi, tetapi kemudian setelah menyadari beberapa keuntungannya saya berusaha untuk menggunakannya, meskipun terkadang sering juga terlupa. Hal ini tidak terlepas dari sifat kita sebagai manusia yang tidak mau merugi.
Keuntungan pertama dari STP adalah menyehatkan margin. Dengan membatasi kerugian, sisa margin yang ada masih memungkinkan kita untuk kembali ke pasar untuk mendapatkan peluang lainnya. Membiarkan fluktuasi harga menghabiskan margin membuat kita kehilangan kesempatan dalam momen yang lainnya.
Keuntungan lainnya dari STP adalah keuntungan waktu. Harus disadari bahwa pergerakan harga itu terjadi dan bergerak dari suatu range area ke area lainnya. Ketika suatu range area ditinggalkan dan bermain di range area yang baru, diperlukan waktu untuk bisa kembali ke range area semula. Jadi daripada kita menghabiskan waktu dengan menunggu pasar kembali ke range area semula mengapa kita memasang STP saja dan re-enter posisi lagi dalam range yang baru. Contohnya adalah grafik dibawah ini,
Posisi Sell dilevel 103.00 yang tidak di stop, akan membuat kita membuang waktu menunggu harga kembali kelevel ini. Akan tetapi dengan STP di 103.33, sekarang kita mempunyai kesempatan untuk re-enter posisi di 104 area. Jika pasar ini berfluktuasi di level ini bolak balik kita bisa mendapatkan keuntungan yang lebih dari pada kerugian yang terjadi ketika kita memasang STP.
Catatan untuk pemula STP adalah Stop Order yang dipasang untuk membatasi kerugian.

Senin, 23 Desember 2013

Fenomena Trend dan Trader

Apa yang terjadi ketika ada peringatan pemerintah tentang akan adanya letusan gunung Merapi di Yogya beberapa tahun silam. Sesaat pendudukpun mengungsi, tidak berapa lama kembali lagi pulang. "Ah tidak apa apa kok, aman, itu kan baru perkiraan". Kemudian terjadi letusan kecil, pendudukpun kembali mengungsi, tapi tidak berapa lama kembali lagi pulang karena tidak ada letusan susulan. Dan pada akhirnya gunung Merapipun meletus memakan banyak korban. Seperti itulah fenomena dari trend pergerakan harga itu. Trend adalah berbicara tentang sesuatu yang akan terjadi di saat mendatang, sesuatu yang bersifat future. Cara atau sistim apapun yang kita gunakan untuk menentukan trend, tidak akan berguna sama sekali kalau kita tidak memiliki keyakinan bahwa hal itu akan terjadi nantinya. Trend yang naik atau turun itu bukan suatu gerakan linear tapi sebuah gelombang yang disertai oleh gerakan turun dan naik. Hal inilah yang meyebabkan mengapa kita meragukan indikasi atau tanda tanda dari sebuah trend. 
Hampir kebanyakan pemula yang melakukan trading mendapatkan untung, tapi pada akhirnya banyak yang mengalami kerugian. Mengapa? Ini adalah fenomena lain dari sebuah trend. Kita lupakan sejenak jawabannya, kita ikuti ilustrasi berikut ini.
Seandainya anda mempunyai kelebihan dana dan ada dua penawaran penjualan tanah. Yang satu ada di daerah pingiran kota, sedangkan yang satunya lagi ada di tengah kota. Perbandingan harga tanah di kota lebih kurang 4x lipat daripada yang di pinggir kota. Mana yang anda pilih? Sudah pasti yang di pingir kota. Ini adalah pilihan yang paling umum. Tapi bayangkan apa yang terjadi beberapa tahun lagi? Mana yang akan lebih cepat mengalami kenaikan harga? Seperti itulah kondisi kita pada umumnya tentang harga membeli yang murah dan hal itu tidak salah. 
Sekarang kita kembali ke pertanyaan diatas, mengapa hampir rata-rata mereka yang memulai trading mendapatkan keuntungan dan rugi pada akhirnya? Ini dikarenakan seorang pemula ketika pertama melakukan transaksi belum mempunyai gambaran tentang harga murah dan mahal. Jadi pada saat pertama melakukan transaksi hampir semua mengikuti trend pasar yang terjadi saat itu. Kemudian ketika sudah cukup lama mengikuti dan sudah mulai mengenal harga yang tinggi dan murah transaksi yang terjadi adalah berbalik melawan arah pasar.
 
Kita lihat kenbali struktur trend diatas. Didaerah mana kita kebanyakan melakukan transaksi? Didaerah konsolidasi, karena zona ini sesuai dengan logika kita tentang harga. Kalau dari gambar diatas  adalah wajar kalau kita mengambil posisi jual ketika ada diposisi top konsolidasi itu. Tapi apa yang terjadi ketika harga memasuki zona rally? Masihkah kita mengambil posisi jual? Sulit sekali, karena sekarang berlawanan dengan logika kita tentang harga yang murah. Mungkin ada juga terkadang keinginan untuk mengambil posisi jual dan celakanya ketika mengambil posisi itu terjadi swing yang mengarah keatas, sehingga akhirnya ketika harga turun kita berlari dengan kencang melikuidasi posisi, sementara harga itupun turun meninggalkan kita makin kebawah. Masih beranikah kita menjual lagi? Tidak, lalu apa yang kita lakukan? Mengambil posisi beli karena sudah merasa murah sesuai dengan logika kita tentang harga dan kitapun mengalami floating sampai harga benar benar berhenti di bottom area tanpa pernah kembali ke harga kita.

Sabtu, 14 Desember 2013

Dua hal yang menarik tentang support dan resistant

Ada dua hal yang menarik tentang support dan resistant ini. Pertama adalah fenomena pergerakan harga yang melewati support atau resistant dan kembali lagi dengan kuat melewati support atau resistant tersebut. Jika harga yang melewati support atau resistant itu hanya sesaat, biasanya disebut dengan "spike". Pola atau formasinya adalah seperti gambar berikut,
 
Biasanya ini terjadi setelah rally yang panjang, baik berupa kenaikan ataupun penurunan. Ada yang menyebut hal ini sebagai tanda adanya reversal pattern atau pembalikan arah. Jika ini pola ini terjadi dalam grafik daily mungkin merupakan tanda reversal, tetapi jika pola yang terbentuk dalam grafik hourly masih belum tentu. Yang menariknya bukan pada pola reversal atau tidak reversalnya, tetapi pada entry point atau titik beli yang harus dilakukan diatas harga support atau resistant yang dilewati.  Pola seperti ini terjadi karena penjual yang menekan support atau pembeli yang menekan resistant berbalik arah secara tiba-tiba. Ini biasanya dilakukan oleh pedagang besar untuk menggerakan pasar. Contoh dari pola diatas adalah grafik berikut ini,
 
Setelah memecahkan level 1.5000 yang sebelumnya menjadi support, pasar bermain dibawah level 1.5 selama beberapa hari. Pergerakan yang kemudian melewati level 1.5 kembali, menjadi entry point untuk terjadinya buying posisi. Oleh karena ini terjadi dalam grafik daily maka efeknya sangat besar sekali dengan adanya pembalikan arah pasar.
Yang kedua adalah fenomena "buy on high, sell on dip", membeli diharga tinggi atau menjual diharga rendah. Pola ini biasanya sering digunakan dalam grafik hourly, tetapi terkadang dijumpai juga dalam grafik daily. Bentuk pola ini biasanya terjadi setelah konsolidasi yang cukup lama dalam satu range trading. Atau bisa juga terjadi setelah adanya formasi yang berusaha memecahkan suatu resistant ataupun suatu support. Bentuk gambarnya adalah sebagai berikut,
 
Dan bentuk yang terjadi pada grafik adalah seperti chart berikut ini,
Disini dapat kita lihat bahwa walaupun harga sudah rendah ketika suatu support dipecahkan, harga dapat menjadi lebih rendah lagi  sehingga harga entry point tidak lagi menjadi harga yang terendah. 
Dua fenomena support dan resistant diatas sebenarnya bukan hal yang disarankan untuk dilakukan mereka yang baru trading, tetapi dapat menjadi bahan awal ketika belajar mengamati pasar. Karena untuk melakukannya diperlukan kemampuan menemukan resistant atau support yang benar-benar tepat. Masaalah lainnya adalah masaalah psikologis harga. Kita mempunyai pola kebiasaan adalah "sell on high, buy on low" atau membeli ketika harga murah dan menjual ketika harga tinggi. Sekarang kita harus melakukan menjual ketika harga rendah dengan harapan harga menjadi lebih rendah lagi atau membeli ketika harga sudah tinggi dengan harapan ada harga yang lebih tinggi lagi. Ada suatu ketakutan ketika melakukannya, ada kekhawatiran bahwa harga tidak akan naik setelah kita membelinya atau tidak akan turun setelah kita menjualnya. Hal itu memang benar sekali, apalagi ada dua jenis pergerakan yang terjadi ketika melewati support dan resistant itu. Pertama gerakan memecahkan support atau resistant yang sangat cepat. Pergerakan ini menimbulkan ketakutan untuk mengikutinya karena harga sudah terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk diikuti. Kedua gerakan memecahkan support atau resistant dengan fluktuasi diarea support atau resistant dengan waktu yang agak cukup lama sebelum meninggalkan areal support dan resistant tersebut. Sekarang kita bisa mendapatkan harga untuk menjual atau membeli dengan mudah, keraguan atau kekhawatiran yang muncul adalah jangan-jangan ini bukan support atau resistant yang dipecahkan, sehingga kitapun tidak berani untuk mengambil tindakan. Jadi memang bukan hal yang mudah untuk bisa mengambil manfaat dari kedua fenomena support dan resistant tersebut. Diperlukan latihan dan pengalaman yang cukup untuk bisa melakukannya.